Halte Buah Batu Dibongkar, Warga Kenang Ikon Lama Demi Wajah Kota Baru

Halte Buah Batu Dibongkar, Warga Kenang Ikon Lama Demi Wajah Kota Baru
Halte berbentuk buah di kota Batu di bongkar

Spektroom – Halte berbentuk buah yang dulu menjadi kebanggaan masyarakat Kota Batu, kini tinggal cerita.

Bagi sebagian masyarakat,keberadaan halte tersebut sempat menjadi kebanggaan, karena merepresentasikan jati diri daerah sekaligus mempertegas branding wisata Batu sebagai kota agrowisata.

Bangunan unik yang pernah menjadi ikon kota penghasil buah, bahkan bagi warga Batu, keberadaan halte buah menyimpan kenangan tersendiri. Tak sedikit yang dulu berfoto di depannya, atau sekadar menjadikannya penanda lokasi saat bertemu teman.

Halte fungsinya sebagai sarana transportasi publik semakin berkurang, sementara bentuknya tidak lagi sejalan dengan tata kota modern yang menekankan kerapian, keamanan, dan kenyamanan pedestrian.

Halte kini pelan-pelan kehilangan fungsi, tak lagi digunakan sebagai tempat menunggu kendaraan umum, dan akhirnya tampak kumuh di sudut-sudut jalan dan mengurangi keindahan. Banyak masyarakat menilai halte tersebut merusak estetika kota karena tak terawat

Mendengar aspirasi itu, Pemerintah Kota Batu pun mengambil langkah. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) bersama Dinas Perhubungan serta Dinas Lingkungan Hidup melakukan kajian, hingga akhirnya diputuskan untuk membongkar halte berbentuk buah sekaligus menata ulang kawasan pedestrian.

“Mulai awal Agustus ini kami lakukan pembongkaran halte. Itu bagian dari pekerjaan pembangunan pedestrian. Semua kita tata ulang agar pedestrian aman dan nyaman buat pengguna jalan, sekaligus menunjang keindahan Kota Batu yang SAE,” ungkap Kepala DPUPR Kota Batu, Alfi Nurhidayat.

Ada lima titik yang kini sedang dilakukan pembangunan pedestrian, yaitu di Jalan Agus Salim, Jalan Brantas, Beji, Jalan Trunojoyo, dan Jalan Sultan Agung. Pekerjaan ini ditargetkan selesai pada akhir November 2025.

Pembangunan pedestrian di lima lokasi utama Kota Batu menjadi langkah strategis.

Pedestrian yang rapi dan nyaman tidak hanya mempercantik wajah kota, tetapi juga memberi dampak langsung pada mobilitas warga maupun wisatawan.

Kota yang ramah pejalan kaki akan selalu meninggalkan kesan positif, jauh lebih kuat dibanding sekadar simbol yang tidak terawat.

Meski ada rasa kehilangan, warga Kota Batu menyambut baik langkah penataan ini. Sulastri (45), pedagang di sekitar Jalan Sultan Agung , mengaku dirinya dulu sering menjadikan halte buah sebagai penanda lokasi dagangan.

“Kalau ada pembeli tanya, saya sering bilang, ‘di dekat halte apel’. Sekarang akan dibongkar, ya agak sedih juga. Tapi kalau diganti trotoar yang lebih rapi dan banyak orang jalan, semoga jualan saya tambah ramai,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Rizky (19), mahasiswa asal Beji. Ia mengaku punya kenangan berfoto di halte buah saat masa SMA.

“Dulu unik banget, beda sama kota lain. Tapi sekarang memang sudah kotor dan nggak terawat. Kalau buat saya sih, lebih baik pedestrian yang nyaman. Buat jalan kaki juga lebih enak,” katanya.

Kota Batu memang dikenal sebagai destinasi wisata, sehingga wajah kota harus selalu ramah dan nyaman.

Di balik pembongkaran halte buah, tersimpan pelajaran bahwa ikon kota tak cukup hanya dipertahankan dalam bentuk fisik, melainkan harus dirawat, ditata, dan diberi makna baru agar sejalan dengan kebutuhan zaman.( Eno).

Berita terkait