Kalteng Berbangga, Hidayatul Insan Gemparkan Panggung STQH Nasional dengan Kasidah Kolaboratif Dayak-Islami
Spektroom — Dentuman rebana berpadu lembut dengan gemerincing gelang manik Dayak. Panggung utama Festival Seni Budaya Islam STQH Nasional XXVIII 2025 di Kendari sontak bergemuruh ketika grup kasidah Hidayatul Insan asal Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, menampilkan karya kolaboratif berjudul “Ukhuwah Islamiyah.” Penampilan yang mengawinkan kasidah Islami dan tarian tradisional Dayak itu memukau penonton hingga dewan juri memberi tepuk tangan panjang.
Dalam festival yang digelar pada 14–15 Oktober 2025 ini, sebanyak 34 provinsi unjuk kebolehan menampilkan kreativitas seni Islami bertema kolaborasi budaya. Dari seluruh peserta, hanya enam grup terbaik yang lolos ke babak grand final setelah seleksi ketat secara daring pada September lalu — dan Hidayatul Insan menjadi salah satunya.
Ketika lampu panggung menyorot, suara vokal utama menggema lirih membawa pesan ukhuwah dan kedamaian. Gerak tari penari perempuan berbusana Dayak Islami menambah pesona. Paduan warna merah marun, hijau zamrud, dan aksen manik khas Borneo menghadirkan simbol harmoni antara iman dan budaya. Penonton dibuat terpana — beberapa bahkan tampak berdiri memberi tepuk tangan panjang di akhir penampilan.
“Hidayatul Insan berhasil mempertemukan dua kekuatan besar — budaya Dayak dan nilai-nilai Islam — dalam satu harmoni yang memukau. Ini bukan sekadar seni, tetapi dakwah yang hidup dan menyentuh hati,” ujar Plt. Kepala Kanwil Kemenag Kalteng H. Hasan Basri, usai penampilan Selasa sore, (14/10/2025)
Ia menegaskan, kolaborasi seperti ini menjadi wajah sejati moderasi beragama di Kalimantan Tengah — Islam yang tumbuh dari akar budaya, damai, dan cinta tanah air. “Kami bangga, mereka membawa pesan bahwa Islam di Kalteng tumbuh dalam kedamaian dan toleransi. Inilah Islam rahmatan lil ‘alamin yang sesungguhnya,” tambahnya.
Dari sisi panitia nasional, Plt. Direktur Penerangan Agama Islam, Ahmad Zayadi, menilai festival ini bukan sekadar ajang kompetisi seni, tetapi ruang dakwah yang penuh kreativitas. “Melalui kasidah, nilai-nilai keislaman bisa disampaikan dengan lembut dan menginspirasi. Seni menjadi jembatan spiritual yang menghubungkan umat dan budaya,” tuturnya.
Sementara Kasubdit Seni Budaya dan Siaran Keagamaan Islam, Wida Sukmawati, menyebut Hidayatul Insan telah memberi contoh konkret tentang bagaimana agama dan budaya berjalan seirama. “Hidayatul Insan telah membuktikan bahwa harmoni antara agama dan budaya mampu menciptakan keindahan yang menyejukkan,” katanya.
Di atas panggung, gema rebana dan tarian Dayak Islami berpadu membentuk kisah yang bukan hanya didengar, tapi dirasakan. Dari bumi Borneo, pesan ukhuwah, kedamaian, dan cinta tanah air menggema hingga ke seluruh Nusantara. Pesan pesan islami terus menggema, dan saat info ini naik masih menantikan penampilan lainnya hingga saatnya pengumuman pemenangnya.
(Polin S. Sos / Eka)