Pertumbuhan Keuangan Jateng menunjukkan Angka Positip

Pertumbuhan Keuangan Jateng menunjukkan Angka Positip
Kepala OJK Jawa Tengah, Hidayat Prabowo, saat media update di Kantor OJK Jateng, Jumat (29/8) Foto : Ning

Spektroom : Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jawa Tengah menegaskan, kinerja sektor jasa keuangan di wilayahnya hingga bulan Juni 2025 tetap stabil. Likuiditas perbankan terjaga, aset tumbuh positif, dan tingkat risiko relatif terkendali.

Kepala OJK Jateng, Hidayat Prabowo, menyebutkan stabilitas tersebut tercermin dari tren pertumbuhan hampir di semua sektor, mulai perbankan, pembiayaan, syariah, hingga fintech.

“Kondisi sektor jasa keuangan di Jawa Tengah tetap terjaga, mendukung pembiayaan ekonomi dan kebutuhan masyarakat,” ujarnya dalam media update, Jumat (29/8).

Perbankan masih menjadi motor utama dengan total aset Rp591,02 triliun atau naik 1,69 persen (yoy). Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 1,67 persen menjadi Rp468,90 triliun, sementara kredit meningkat 1,80 persen menjadi Rp421,88 triliun. Rasio kredit bermasalah (NPL gross) bank umum juga menurun ke level 4,70 persen, terutama berkat perbaikan di sektor perdagangan besar dan eceran.

Sektor BPR dan perbankan syariah mencatat kinerja positif. Aset BPR naik 2,60 persen dengan DPK Rp39,89 triliun, sementara pembiayaan bank syariah melonjak 11,84 persen menjadi Rp34,41 triliun.

“Kami mendorong bank syariah untuk terus memperkuat manajemen risiko agar pertumbuhan tetap berkualitas,” tambahnya.

Di industri keuangan non-bank, piutang pembiayaan tumbuh 2,10 persen menjadi Rp33,39 triliun. Fintech Peer to Peer (P2P) Lending bahkan mencatat lonjakan 30,42 persen menjadi Rp6,87 triliun, dengan tingkat wanprestasi 90 hari (TWP90) terkendali di angka 3,52 persen.

“Pertumbuhan fintech menunjukkan akses masyarakat terhadap layanan keuangan semakin terbuka,” jelasnya.

Pasar modal Jateng juga menunjukkan tren positif. Jumlah investor reksa dana naik 12,70 persen menjadi 1,65 juta, investor saham meningkat 24,80 persen, sementara investor SBN bertambah 17,10 persen. Total transaksi semester I/2025 mencapai Rp14,86 triliun.

“Minat masyarakat untuk berinvestasi terus naik, ini modal penting bagi penguatan pasar modal,” tandas Hidayat.

Selain menjaga stabilitas, OJK juga memperkuat perlindungan konsumen. Hingga Juli 2025, tercatat 1.819 pengaduan, terbanyak dari sektor perbankan dan fintech. Untuk menekan jumlah aduan, OJK menggelar 205 kegiatan edukasi yang melibatkan lebih dari 40 ribu peserta dari kalangan pelajar, petani, hingga pelaku UMKM.

“Literasi dan inklusi keuangan menjadi prioritas kami agar masyarakat makin bijak dalam mengakses layanan keuangan,” pungkas Hidayat. (Ning/Bin).